
Menteri Pertanian Pacu Kebangkitan Tebu Nasional di Lumajang Jawa Timur
Lumajang, Jawa Timur, Menteri Pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P., melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur pada Selasa (10/6/25) untuk meninjau kebun tebu produktivitas tinggi (P240T) di Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam memperkuat penyediaan kebutuhan tebu dan gula dalam negeri, sebagai komoditas penting penunjang program ketahanan pangan nasional.
Kegiatan ini turut didampingi oleh Kepala BRMP, Prof. Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si., serta Kepala UK/UPT lingkup Kementan di Jawa Timur, di antaranya BRMP Aneka Kacang, BRMP TAS, BRMP Jestro, BRMP Jawa Timur, dan BRMP Ruminansia Besar.
Dalam kunjungan tersebut, Mentan melakukan panen dan tanam simbolis, serta menyaksikan pemaparan roadmap pengembangan kebun tebu berbasis teknologi sustainable oleh PTPN Grup. Dalam kesempatan diskusi teleconference, dibahas kendala yang dihadapi petani, termasuk masalah harga. Menanggapi hal tersebut, Mentan menyatakan bahwa selain stabilisasi harga, efisiensi dan peningkatan produktivitas juga menjadi kunci utama untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Mengingat Jawa Timur merupakan provinsi penyumbang 50% kebutuhan gula nasional, Mentan meminta seluruh pemangku kepentingan terkait untuk mengupayakan peningkatan produksi tebu hingga dua kali lipat atau sekitar 150 ton/ha.
"Hari ini menjadi milestone tonggak sejarah kebangkitan tebu Indonesia. Kami ingin mengubah wajah perkebunan Indonesia. Kelapa kita nomor satu di dunia, kakao nomor dua di dunia, kemudian kopi nomor tiga di dunia, dan gula harus bangkit. Tidak ada alasan, harus bangkit dan bangkitnya harus eksponensial," tegas Mentan.
Agenda kunjungan dilanjutkan dengan peluncuran delapan varietas tebu unggul dari PTPN Grup, di antaranya varietas SGN 01, NX 04, NX 01, NX-4T, PS Nusantara 081, PS Nusantara 082, PS Nusantara 083, PS Nusantara 084, serta "mobil manis" yang merupakan simbol komitmen Kementan dan PTPN Grup menuju swasembada gula nasional. — Nur ‘Aini Herawati & Artdhe Nugroho